ANALISIS
FILM “BIOLA TAK BERDAWAI”
A. Identitas Film
Irawan
B. Resume Film
Film
ini menceritakan tentang seorang wanita yang bernama Rinjani (31 tahun). Ia meninggalkan
kota kelahirannya, Jakarta untuk mengubur masa lalu yang kelam dan keinginannya
untuk menjadi seorang penari balet. Rinjani pernah diperkosa oleh seseorang dan
pernah mengandung lalu mengaborsi bayi dalam kandungannya. Ia pindah ke Yogya dan
tinggal di rumah yang diwariskan oleh neneknya. Di rumah itu ia jadikan sebagai
rumah asuh bagi anak-anak tunadaksa yang tidak dikehendaki kelahirannya oleh
orangtua mereka. Di rumah asuh tersebut, Rinjani di bantu oleh seorang dokter
anak yang bernama mbak Wied (40 Tahun) yang terkadang sering meramal dengan
kartu-kartunya. Mbak Wied juga memiliki masa lalu yang kelam, ketika ia masih
kecil ibunya adalah seorang pelacur dan sering malakukan aborsi apabila ia
kebobolan. Mbak Wied sangat sakit hati dengan kelakuan ibunya. Hal itulah yang
membuatnya ingin menadi dokter anak, karena mengingat dosa yang telah dilakukan
ibunya.
Dalam rumah asuh
tersebut, hampir setiap hari ada anak-anak yang meninggal dunia. Rinjani selalu
merasa kehilangan. Namun ada seorang anak dalam rumah itu yang paling disayangi
oleh Rinjani, yaitu Dewa, ia terlahir dengan jaringan otak yang rusak berat.
Selain itu, dia juga mempunyai kecenderungan autisme dan penyandang
tuna-wicara. Tubuhnya kerdil, kepalanya selalu tertunduk ke bawah dengan
pandangan mata yang hampa. Tetapi Rinjani selalu mengajaknya bicara,
jalan-jalan dan memperlakukannya layaknya orang normal.
Pada suatu hari ketika
Rinjani mencari Dewa, menemukan anak itu sedang memegang peralatan balet yang
ia simpan dalam sebuah kotak. Lalu dipakainya sepatu itu dan dia menari untuk Dewa.
Dewa mendadak mengangkat kepalanya untuk yang pertama kalinya. Berpikir bahwa
musik dan tari kemungkinan adalah terapi yang tepat untuk Dewa, Rinjani
mengajak Dewa menonton sebuah resital biola. Di sinilah Renjani berkenalan
dengan BHISMA, mahasiswa jurusan musik berusia 23 tahun yang tengah memperdalam
biola. Mulai malam itu Rinjani dan Bhisma mulai bersahabat. Bhisma sangat kagum
dengan Rinjani yang mendedikasikan dirinya untuk merawat anak-anak dan begitu
menyayangi anak-anak cacat tersebut. Bhisma melihat Dewa dan bayi-bayi cacat lainnya
sebagai ciptaan Tuhan yang indah tapi tidak diberkati dengan kehidupan yang
berguna. Seperti sebuah biola yang tidak ada dawai-dawainya. Pada suatu ketika,
Bhisma memainkan biolanya, mengiringi Rinjani yang menari balet. Untuk kedua
kalinya, Dewa mengangkat kepalanya seolah mengagumi apa yang dilihat dan yang
mungkin didengarnya. Rinjani dan Bhisma begitu bahagia akan hal tersebut,
merekapun berpelukan. Saat tersadar, Rinjani mendorong Bhisma. Ia sangat marah
dan tidak bertemu lagi dengan Bhisma.
Di rumahnya, Bhisma
menciptakan lagu untuk Rinjani dan Dewa, namun lagu itu tidak pernah selesai
dan ia begitu depresi. Iapun menemui Rinjani di rumahnya dan menunjukkan
not-not lagu yang ia tuliskan. Suatu hari Bhisma mengajak Rinjani untuk dating ke
tempat pertunjukan ia bermain biola. Namun sampai selesai, Rinjani dan Dewa tak
kunjung dating. Bhisma sangat kecewa dan akhirnya ia pergi menemui Rinani namun
ia hanya bertemu dengfan mbak Wied, lalu ia mendengar kabar bahwa Rinjani telah
tiada, selama ini ia mengidap kanker Rahim karena dulu ia pernah melakukan
aborsi. Bhisma sangat terpukul akan kabar tersebut. Suatu hari Bhisma bersama
Dewa ke pemakaman Rinjani, di sana ia bermain biola sebagai persembahan
terakhirnya untuk Rinjani. Dan terjadilah suatu hal yang mengejutkan, Dewa
mengangkat kepalanya dan mengatakan “Dewa sayang ibu”.
C.
Unsur
Intrinsik Film
1. Tema : Tentang Cinta dan
pengabdian
2. Amanat : Ada beberapa pesan moral yang
dapat kita petik dari
film tersebut:
1. kita
sebagai manusia yang terlahir dengan normal hendaknya tidak menghina dan
merendahkan saudara kita yang terlahir kurang sempurna.
2. kita
juga tidak boleh menyerah dalam berusaha dan menjalani cobaan hidup karena
suatu saat keajaiban akan terjadi untuk menolong kita.
3. Pesan tersirat lain dari film ini adalah
jangan pernah melakukan aborsi, karena tindakan itu akan menyeret kita ke dalam
penyesalan dan dosa yang mendalam, serta dapat merusak kesehatan dann
membahayakan nyawa yang kita punya.
3. Alur : Alur yang digunakan
adalah alur maju.
4. Penokohan : 1. Rinjani : Penyayang dan Rendah hati
2. Bhisma :
Baik dan mudah bersahabat
3. Wied :
Misterius tetapi wataknya baik
4. Dewa :
Tidak dapat di ketahui karena ia
mengalami autisme
5. Lattar : 1. Lattar Waktu : waktu di
tahun 1990-an
2. Latar Suasana: sedih dan mengharukan
3. latar tempat : Kota Yogya
6. Sudut
Pandang : Pengarang sebagai pengamat
D. Unsur Ektrinsik Film
1. Psikologis : dalam cerita ini melibatkan psikologis dari
tokohnya. Seperti Rinjani dan Wied yang memiliki masa lalu yang kelam sehingga
merubah hidup mereka
2. Sosial : dalam cerita ini tersirat tentang
maraknya aborsi, pembuangan bayi dan pelacuran.