Senin, 02 November 2015

Jenis Teks Future



BERTAHAN DI TENGAH DERASNYA GELOMBANG KEHIDUPAN DEMI MEWUJUDKAN ASA

Hidup dalam sebuah keluarga yang berkekurangan dan menengah ke bawah, terkadang membuat sebagian anak di dunia ini tidak bisa mengecap pendidikan sedikitpun, bahkan mereka tidak berani untuk membangun mimpi dan memiliki cita-cita karena mereka selalu merasa terbatas dan tidak mampu untuk mewujudkan apa yang mereka cita-citakan. Namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi seorang pemuda bernama Titus, sejak kecil ia memiliki sebuah cita-cita mulia, yaitu ingin menjadi seorang guru. Walaupun ia tahu bahwa untuk sekolah di tingkat Sekolah Dasar saja sangat membutuh perjuangan,  karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mencukupi apa lagi bisa sampai ke tingkat SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Ia tidak pernah memikirkan hal-hal yang akan menjadi penghalang baginya. Setiap hari ia selalu rajin membantu ayahnya untuk bekerja di ladang, bahkan sesekali sering membantu ibunya berjualan di pasar. Setiap malam ia selalu rajin untuk belajar dan membaca kembali materi yang ia dapatkan. Semakin hari ia semakin memantapkan dirinya agar bisa menjadi seorang guru kelak.
Titus Bora Pote adalah seorang pemuda kelahiran Lamboya 6 Mei 1984 merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara buah pernikahan Nicodemus Tede Pote dan Maria Djala. Pemuda bertubuh tinggi ini menghabiskan masa SD dan SMPnya di Desa kecilnya di Lamboya. Pada saat memasuki jenjang SMA, ia pergi ke kota Waikabubak untuk melanjutkan studinya disana karena tidak tersedia SMA di desanya. Di Waikabubak ia menumpang di rumah pamannya yang kesehariannya berjualan ikan di pasar. Titus mendaftarkan dirinya di SMK N 1 Waikabubak dan memilih masuk ke jurusan pariwisata. Hari-hari ia lalui dengan bersekolah sambil membantu pamannya. Sepulang sekolah ia membantu pamannya untuk berjualan di pasar sehingga biaya sekolahnya bisa sedikit terbantu, ia selalu menabung sedikit demi sedikit uang yang ia dapatkan agar tetap bisa bersekolah. Ia menamatkan pendidikannya di SMK pada tahun 2006, ia begitu bahagia karena ia berhasil melewati semua rintangan himgga ke jenjang SMA. Namun di saat hatinya begitu berbahagia atas kelulusannya, ia kembali merasa sedih karena ia begitu ingin melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Namun apalah daya, semuanya jauh dari apa yang ia harapkan. Setelah beberapa minggu ia kembali ke desanya, ia mulai berpikir kalau ia hanya berdiam diri saja maka ia tidak akan bisa mewujudkan cita-citanya. Akhirnya ia mulai mengambil keputusan besar yang akhirnya dapat mengubah hidupnya.

Semakin Dekat dengan Cita-Cita
Pada bulan September 2006, ia berencana untuk merantau ke tanah orang. Ia memilih untuk merantau ke Pulau Bali. Di Bali ia mulai bekerja dan kebetulan ia di ajak bekerja oleh teman se-kampungnya untuk bekerja di sebuah restoran di Jimbaran menjadi office Boy. Ia terus bekerja tanpa henti dan menabung sedikit demi sedikit. Setelah sekian lama bekerja, ia diangkat sebagai kasir oleh atasannya. Ia pun bekerja semakin giat. Setelah merasa uang tabungannya terkumpul dan mencukupi, pada tahun 2011 ia bertekad mendaftarkan dirinya di perguruan tinggi. Titus memilih mendaftar di kampus Mahasaraswati Denpasar dan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia pun diterima menjadi mahasisa di sana, baginya ini semua adalah awal baginya untuk semakin dekat dengan cita-citanya. Selama masa kuliah yang ia jalani banyak sekali tantangan dan hambatan, karena merupakan pergumulan yang besar ia seorang diri membiayai dirinya untuk kuliah, hal ini memang tidak mudah bagi kebanyakan orang.
Namun bagi Titus segala halangan yang ia dapatkan merupakan ujian yang akan semakin mendewasakannya. Setiap subuh ia terbangun dan berangkat bekerja sampai pukul 16:00 dan lanjut mengikuti perkuliahan pada pukul 17:00. Setiap hari ia seolah-olah dikejar oleh waktu. Terkadang rasa jenuh dan lelah terlintas dalam benaknya, namun ia menampik keras perasaan itu dengan terus memikirkan cita-citanya. Hari demi hari terus bergulir berganti menjadi minggu, minggu menjadi bulan dan bulan menjadi tahun. Sampai akhirnya pada Agustus 2015, titus resmi diwisudakan. Ia resmi mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan seperti yang didambakannya selama ini. Ia begitu bersyukur atas pencapaian yang ia dapatkan. Segala usaha dan jerih lelahnya dapat terbayarkan dengan apa yang ia dapatkan saat ini. Kini ia akan memulai hidupnya menjadi seorang sarjana, ia berharap bisa kembali ke desanya dan bisa membangun sendiri desa tercinta yang sudah di tinggalkannya selama 9 tahun merantau di tanah orang. Titus berpesan kepada teman-temannya yang masih berjuang agar jangan pernah menyerah dalam kondisi apapun, tetap mantapkan langkah menuju ke depan. Tetaplah memiliki mimpi dan cita-cita. Karena dengan memiliki mimpi, kita memiliki alasan untuk tetap bertahan hidup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar