BERTAHAN
DI TENGAH DERASNYA GELOMBANG KEHIDUPAN DEMI MEWUJUDKAN ASA
Hidup dalam sebuah
keluarga yang berkekurangan dan menengah ke bawah, terkadang membuat sebagian
anak di dunia ini tidak bisa mengecap pendidikan sedikitpun, bahkan mereka
tidak berani untuk membangun mimpi dan memiliki cita-cita karena mereka selalu
merasa terbatas dan tidak mampu untuk mewujudkan apa yang mereka cita-citakan.
Namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi seorang pemuda bernama Titus,
sejak kecil ia memiliki sebuah cita-cita mulia, yaitu ingin menjadi seorang
guru. Walaupun ia tahu bahwa untuk sekolah di tingkat Sekolah Dasar saja sangat
membutuh perjuangan, karena kondisi
ekonomi keluarganya yang tidak mencukupi apa lagi bisa sampai ke tingkat SMP,
SMA bahkan Perguruan Tinggi. Ia tidak pernah memikirkan hal-hal yang akan
menjadi penghalang baginya. Setiap hari ia selalu rajin membantu ayahnya untuk
bekerja di ladang, bahkan sesekali sering membantu ibunya berjualan di pasar.
Setiap malam ia selalu rajin untuk belajar dan membaca kembali materi yang ia
dapatkan. Semakin hari ia semakin memantapkan dirinya agar bisa menjadi seorang
guru kelak.
Titus Bora Pote adalah
seorang pemuda kelahiran Lamboya 6 Mei 1984 merupakan anak ke tiga dari lima
bersaudara buah pernikahan Nicodemus Tede Pote dan Maria Djala. Pemuda bertubuh
tinggi ini menghabiskan masa SD dan SMPnya di Desa kecilnya di Lamboya. Pada
saat memasuki jenjang SMA, ia pergi ke kota Waikabubak untuk melanjutkan
studinya disana karena tidak tersedia SMA di desanya. Di Waikabubak ia menumpang
di rumah pamannya yang kesehariannya berjualan ikan di pasar. Titus
mendaftarkan dirinya di SMK N 1 Waikabubak dan memilih masuk ke jurusan
pariwisata. Hari-hari ia lalui dengan bersekolah sambil membantu pamannya.
Sepulang sekolah ia membantu pamannya untuk berjualan di pasar sehingga biaya
sekolahnya bisa sedikit terbantu, ia selalu menabung sedikit demi sedikit uang
yang ia dapatkan agar tetap bisa bersekolah. Ia menamatkan pendidikannya di SMK
pada tahun 2006, ia begitu bahagia karena ia berhasil melewati semua rintangan
himgga ke jenjang SMA. Namun di saat hatinya begitu berbahagia atas
kelulusannya, ia kembali merasa sedih karena ia begitu ingin melanjutkan
studinya ke perguruan tinggi. Namun apalah daya, semuanya jauh dari apa yang ia
harapkan. Setelah beberapa minggu ia kembali ke desanya, ia mulai berpikir
kalau ia hanya berdiam diri saja maka ia tidak akan bisa mewujudkan
cita-citanya. Akhirnya ia mulai mengambil keputusan besar yang akhirnya dapat
mengubah hidupnya.
Semakin
Dekat dengan Cita-Cita
Pada bulan September
2006, ia berencana untuk merantau ke tanah orang. Ia memilih untuk merantau ke
Pulau Bali. Di Bali ia mulai bekerja dan kebetulan ia di ajak bekerja oleh
teman se-kampungnya untuk bekerja di sebuah restoran di Jimbaran menjadi office
Boy. Ia terus bekerja tanpa henti dan menabung sedikit demi sedikit. Setelah
sekian lama bekerja, ia diangkat sebagai kasir oleh atasannya. Ia pun bekerja
semakin giat. Setelah merasa uang tabungannya terkumpul dan mencukupi, pada
tahun 2011 ia bertekad mendaftarkan dirinya di perguruan tinggi. Titus memilih
mendaftar di kampus Mahasaraswati Denpasar dan mengambil jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia pun diterima menjadi mahasisa di sana, baginya
ini semua adalah awal baginya untuk semakin dekat dengan cita-citanya. Selama
masa kuliah yang ia jalani banyak sekali tantangan dan hambatan, karena
merupakan pergumulan yang besar ia seorang diri membiayai dirinya untuk kuliah,
hal ini memang tidak mudah bagi kebanyakan orang.
Namun bagi Titus segala
halangan yang ia dapatkan merupakan ujian yang akan semakin mendewasakannya.
Setiap subuh ia terbangun dan berangkat bekerja sampai pukul 16:00 dan lanjut
mengikuti perkuliahan pada pukul 17:00. Setiap hari ia seolah-olah dikejar oleh
waktu. Terkadang rasa jenuh dan lelah terlintas dalam benaknya, namun ia
menampik keras perasaan itu dengan terus memikirkan cita-citanya. Hari demi
hari terus bergulir berganti menjadi minggu, minggu menjadi bulan dan bulan
menjadi tahun. Sampai akhirnya pada Agustus 2015, titus resmi diwisudakan. Ia
resmi mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan seperti yang didambakannya selama
ini. Ia begitu bersyukur atas pencapaian yang ia dapatkan. Segala usaha dan
jerih lelahnya dapat terbayarkan dengan apa yang ia dapatkan saat ini. Kini ia
akan memulai hidupnya menjadi seorang sarjana, ia berharap bisa kembali ke
desanya dan bisa membangun sendiri desa tercinta yang sudah di tinggalkannya
selama 9 tahun merantau di tanah orang. Titus berpesan kepada teman-temannya
yang masih berjuang agar jangan pernah menyerah dalam kondisi apapun, tetap
mantapkan langkah menuju ke depan. Tetaplah memiliki mimpi dan cita-cita.
Karena dengan memiliki mimpi, kita memiliki alasan untuk tetap bertahan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar